Seorang kakak
Tersandang, empiris perilaku
Dia meninggi seperti pohon
Pengalaman, tanpa pernah memohon
Dia diam, menanti
Datang dan pergi silih berganti
Dia tak pandai meminta
Terbiasa mendengar lalu berkata
Sedihnya, dia simpan dalam sebait syair
Memenuhi panggilan takdir
Terlihat kebahagian
Tersimpan akarnya perjalanan
Dari situlah dia terus tumbuh
Hingga tibalah pada sebuah titik
Bukan titik jenuh
Tak ada pula yang terbalik
Hanya saja sebuah batasan
Hati dan jiwa masih ditempat yang sama
Namun dalam pertemuan dan percakapan
Akan lebih banyak orang berkumpul bersama
Dan seperti orang tua
Dia hanya bisa mengingatkan, mengingat, dan ingat
Bahwa kalianpun semakin tua
Kalian punya jalan menjadi hebat
Jogjakarta, sebuah perjalanan