Seorang wanita renta duduk di beranda rumahnya. Sengaja ia memejamkan mata, tetapi mempertajam telinga. Mendengar dan mengingat satu per satu ingar bingar yang masuk pendengarannya.
Ingar bingar itu melayukan daun telinga. Mengusik naluri yang mendengarnya. Bahkan mampu mengalirkan sungai yang membelah pipi sebagian orang. Memisahkan tanya dan jalan pikir.
Suara itu semakin riuh, sebab meneriakkan kepergian-kepergian.
Diam-diam tertutur doa yang tak kalah riuh dari wanita renta di beranda rumahnya. Berharap semua bisik duka-dari pendoa yang mendengar riuhan ini- sampai kepada tujuannya.