Telusuri Jejak Kebudayaan Besemah Lewat Pagaralam Heritage Trail 2018

Telusuri Jejak Kebudayaan Besemah Lewat Pagaralam Heritage Trail 2018
© pagaralamheritagetrail.com

Wilayah geografi Sumsel tidak melulu tentang sungai dan rawa. Terdapat beberapa kota dan kabupaten di Sumsel yang terletak di dataran tinggi, menawarkan keelokan alam perbukitan dan air terjun bagi siapapun ayng mengunjunginya. Salah satu Kota di Sumsel yang terkenal akan dataran tingginya adalah Pagaralam. Panorama Gunung Dempo yang anggun disertai hijau perkebunan tehnya sempat mengantarkan nama Pagaralam ke dalam nominasi Apresiasi Pesona Indonesia (API) 2018, dimana Gunung Dempo dinobatkan sebagai dataran tinggi terpopuler ke-2 di Indonesia.

Tahun ini Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI berusaha mengangkat kembali khazanah tanah Besemah tersebut dan kearifan masyarakat tradisionalnya dalam kegiatan tur bertajuk “Pagaralam Heritage Trail 2018”.

Mulai dari Situs Sejarah Hingga Kebudayaan

Didukung cuaca bersahabat, Pagaralam Heritage Trail 2018 berlangsung lancar selama tiga hari sejak Sabtu (08/12) lalu. Tur wisata yang diikuti 684 orang tersebut dibuka dari Lapangan Vila MTQ dengan jarak total perjalanan mencapai enam kilometer.

"Pagaralam adalah kota yang memiliki kawasan wisata pegunungan. Bahkan Pagaralam dinobatkan sebagai wilayah dataran tinggi terpopuler kedua di Indonesia oleh Kementrian Pariwisata RI. Kami bangga atas prestasi ini dan kami berharap Pagaralam minimal bisa mempertahankan prestasi ini", tutur Wakil Walikota Pagaralam, Muhammad Fadly, saat melepas peserta kegiatan, dilansir dari suaramerdeka.com.

Peserta Pagar Alam Heritage Trail 2018 saat menyeberangi jembatan bambu menuju lokasi tur berikutnya © Kemenpar RI

Fadly berharap bahwa para peserta tur yang berasal dari luar Kota Pagaralam akan membawa pulang kesan yang mendalam, sehingga lokasi-lokasi yang mereka sambangi akan dapat diceritakan kembali kepada kerabat mereka. Dengan demikian, wisata Pagaralam akan semakin dikenal banyak orang di luar Pagaralam.

Usai dilepas Wakil Walikota, peserta memulai start dengan melintasi perkebunan teh dan kopi yang berjarak 1,3 km. Di sana peserta disajikan pemandangan perkebunan ikonik khas Pagaralam. Peserta juga dapat menyaksikan para pekerja tengah memetik pucuk-pucuk daun teh.

Selain menikmati keindahan perkebunan, di sisi lain Gunung Dempo, para peserta juga memperoleh edukasi sejarah dalam kunjungan ke Situs Megalitikum Tegur Wangi. Di situs prasejarah tersebut terdapat tumpukan batu-batu berukuran raksasa yang diduga merupakan sisa pemukiman masyarakat purba di dataran tinggi Besemah. Peserta juga diajak berziarah ke makam Puyang Serunting Sakti, salah satu sosok nenek moyang masyarakat Pagaralam yang juga dikenal lewat legendanya yang bertajuk ‘Si Pahit Lidah’.

Sementara dari segi budaya, Pagaralam Heritage Trail 2018 melengkapi wawasan para pesertanya dengan mengunjungi Plang Kenidai, desa tertua di Pagaralam. Selain disuguhkan pentas budaya lokal seperti Tari Kebagh dan pencak silat, peserta juga berkesempatan langsung menyaksikan proses pembuatan Kopi Besemah, kopi khas Pagaralam yang diramu dengan cara tradisional.

Kapolres Pagaralam AKBP Trisaksono Puspo Aji menikmati cara menumbuk kopi, saat menghadiri Pagaralam Heritage Trail 2018. © Madhon/Pagaralam Pos

Selama berada di desa Plang Kenidai, peserta juga berkesempatan mengamati dan mengagumi rumah baghi dari dekat, rumah adat warga Besemah yang diklaim tahan terhadap gempa. Terdapat dua jenis rumah baghi, yaitu rumah tatahan yang dilengkapi dengan ukitan dan dibangun dengan papan panjang, serta rumah gilapan yang polos tanpa ukiran dan dibangun menggunakan papan yang pendek dan lebar.

Budayawan Sumsel, Yudhy Syarofie, menjelaskan bahwa Rumah Baghi memiliki resistansi terhadap gempa berkat kontruksinya yang memakai sistem ikat untuk penyatuan bagian-bagiannya, di samping penggunaan aking untuk tapak tiang, sehingga rumah baghi hanya berayun ketika terjadi gempa. "Inilah bagian kearifan lokal yang justru jadi kelebihannya", pungkas Yudhy, dilansir dari suarakarya.id.

Kata Mereka Soal Pagaralam Heritage Trail 2018

Pagaralam Heritage Trail 2018 yang berlangsung selama tiga hari tersebut merupakan bagian dari Calendar of Event Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI. Kemenpar bekerjasama dengan Pemprov Sumsel, Pemkot Pagaralam dan Politeknik Pariwisata Palembang sukses melaksanakan salah satu dari 100 event tahunan Kemenpar tersebut.

Salah satu rumah baghi, rumah adat Besemah dengan latar belakang Gunung Dempo © AhmadIbo/ Indonesia Kaya

Seorang fotografer asal Yogyakarta, Alfian, mengaku puas dengan beragam footage yang bisa diambilnya sepanjang kegiatan Pagaralam Heritage Trail. "Saya tahu event ini dari internet, saya dan teman-teman pun datang mengejar event ini", ujar mahasiswa UGM tersebut, dilansir dari suaramerdeka.com.

Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam kesempatan terpisah mengatakan, Pagar Alam Heritage Trail merupakan event yang dikemas menarik dan menyasar dua target sekaligus, yaitu pencinta wisata sejarah dan pencinta wisata alam. “Untuk meraih hasil luar biasa, memang harus dengan cara tidak biasa. Kemasan Pagar Alam Heritage Trail ini unik dan menarik. Pesertanya tidak akan merasa bosan”, ujarnya.

Arief menjelaskan keunggulan alam di Indonesia akan dikembangkan dengan produk wisata bahari, wisata ekologi, dan wisata petualangan. "Porsi pengembangan alam sebesar 35 persen, sedangkan buatan manusia dikembangkan sebagai wisata MICE, wisata olahraga, dan wisata kawasan terpadu", tambah Arief Yahya.

(sumber : suarakarya.id; suaramerdeka.com)

Pilih Bangga Bangga 33%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 67%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 0%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 0%
Pilih Terpukau Terpukau 0%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu