Mengejutkan! Lima Makanan Populer Ini Ternyata Bukan Asli dari Palembang!

Mengejutkan! Lima Makanan Populer Ini Ternyata Bukan  Asli dari Palembang!
Kue Pukis Keju © resepkuekeringku.com

Berbeda dengan kekayaan intelektual di masa modern berupa ide dan paten yang dapat diakui sebagai hak milik, resep makanan di nusantara bukanlah ide yang rigid dan hanya boleh dimiliki satu orang atau satu kelompok. Resep makanan nusantara jauh lebih fleksibel dan membumi, dalam artian tidak dimiliki siapa pun, alias dapat dipergunakan oleh siapa pun. Hampir bisa dikatakan, tidak ada orisinalitas yang utuh dalam resep masakan tradisional yang ada di Indonesia. Bahkan sangat mungkin, setiap daerah yang berbeda di Indonesia bisa memiliki resepnya masing-masing untuk jenis masakan yang sebenarnya sama.

Meski demikian, jika bicara tentang daerah asal, biasanya satu resep makanan khas Indonesia tetap hanya akan dikaitkan dengan satu tempat asal. Misalnya seperti rendang yang berasal dari Sumatera Barat dan kerak telor yang berasal dari Jakarta.

Jika sebelumnya Srivijaya.id membahas enam penganan khas Palembang berbahan dasar non-ikan yang paling populer, kali ini Srivijaya.id akan mengajak dulur-dulur sekalian mengulik kembali kekayaan kuliner kota tertua di Indonesia ini. Bedanya, kali ini kita akan ‘menggunjingkan’ makanan populer di Palembang yang sebenarnya tidak berasal dari Palembang. Nah, loh?

Kue Bluder

sumber : nova.grid.id

Di artikel sebelumnya, kue bluder disebut-sebut sebagai salah satu jajanan pasar khas Palembang yang sudah sulit ditemui saat ini. Tapi tahukan kalian bahwa resep kue bluder awalnya bukan berasal dari Palembang?

Mungkin sudah tergambar jelas dari namanya yang kebarat-baratan, bahwa resep kue bolu satu ini sebenarnya dibawa oleh orang Belanda ke Indonesia. Namun terselip fakta lainnya yang tidak diketahui semua orang Palembang zaman bingen : kue bluder tidak hanya bisa ditemui di Kota Palembang. Dapur-dapur kue bluder paling populer di Indonesia sebenarnya ada di Kota Madiun, Jawa Timur. Kue Bluder dengan merk ‘Bluder Cokro’ bahkan dikenal sebagai oleh-oleh khas Madiun. Tidak hanya hadir dalam bentuk original yang empuk dan beraroma mentega, Bluder Cokro di Madiun bereksperimen dengan membuat bolu bluder yang memiliki isi dan berbagai jenis toping.

Nagasari

sumber : agrowindo.com

Nagasari mungkin tidak begitu sulit ditemukan di pasar-pasar yang ada di Kota Palembang. Jajanan pasar yang tergolong kue basah ini juga biasanya ditemukan dalam berbagai acara hajatan ataupun syukuran.

Namun siapa sangka, nagasari yang biasa diproduksi orang Palembang ini resepnya justru pertama kali diciptakan oleh masyarakat Jawa Barat? Kabupaten Indramayu di Jawa Barat diduga merupakan daerah yang memproduksi kue nagasari pertama di nusantara. Hal tersebut berkaitan dengan hasil padi Indramayu yang terkenal melimpah, sehingga masyarakat Indramayu biasa mengolah beras menjadi tepung beras, bahan baku pembuatan nagasari. Selain tepung beras, komposisi kue nagasari juga terdiri dari santan, pisang dan daun pisang atau daun pandan.

Mentu

sumber : resepnusantara.id

Mentu mungkin tidak sepopuler kembarannya, nagasari. Tapi dalam berbagai perayaan adat di Palembang, khususnya acara pernikahan, mentu merupakan salah satu hidangan wajib bagi tamu undangan.

Serupa dengan nagasari, mentu berbahan dasar tepung beras dan santan yang dibungkus daun pisang dan dikukus. Perbedaan utama mentu dan nagasari terdapat pada isiannya. Jika nagasari berisi potongan pisang, mentu berisi parutan kelapa dan suwiran daging ayam.

Perbedaan lainnya antara mentu dan nagasari terdapat pada daerah asalnya. Sebuah teori meyakini bahwa mentu (disebut mento di Tanah Jawa) awalnya merupakan makanan khas Keraton Jepara di Jawa Tengah. Meski demikian, tidak sedikit pula wilayah lain yang mengklaim memiliki mento versi mereka sendiri. Di Madura, mento disebut Bongko Mento. Pada dasarnya, Mento versi Jawa dan Madura berupa adonan dadar tepung beras dan tepung terigu yang berisi cincangan jamur merang dan dada ayam.

Kue Pancong

sumber : resepku.me

Kue pancong sebenarnya bukan jajanan yang biasa ditemui di pasar-pasar di Palembang. Kue ini lebih sering ditemui di lingkungan sekolah, terutama SD. Momen ketika penjual kue pancong menuangkan adonan kekuningan ke atas pinggan, lalu menabur gula pasir dan coklat pasta di atasnya tentu mengisi memori banyak anak SD di Palembang.

Kue pancong sendiri diduga berasal dari wilayah Jakarta. Kepopulerannya mungkin bisa disandingkan dengan kerak telor Betawi. Meski demikian, lagi-lagi ada berbagai wilayah di nusantara yang mengklaim kue pancong versi masing-masing. Mulai dari Bandung yang menyebutnya kue bandros, Jawa Tengah dan Yogyakarta yang menyebutnya serabi merangin, serta Bali yang menyebutnya haluman.

Namun terlepas dari apa pun sebutannya, semua orang tentu sepakat bahwa rasa legit kue pancong tak bisa tergantikan. Camilan manis satu ini cocok sekali dinikmati dengan teh atau kopi.

Kue Pukis

sumber : selerasa.com

Tidak sulit menemukan kue pukis di Palembang. Hingga sekarang, kue manis satu ini masih banyak dijual di Palembang. Pedagang kue pukis biasanya berjualan di gerobak sendiri yang merangkap dapur, sama seperti pedagang  martabak bangka atau roti bakar. Jika martabak bangka dan roti bakar dijual sejak sore hingga larut malam, pedagang kue pukis biasanya mulai berjualan sejak pagi hingga sore hari.

Sekilas, pue pukis tampak serupa dengan kue pancong original asal betawi. Bahkan pinggan yang digunakan untuk memasaknya pun sama-sama berbentuk setengah lingkaran dan berukuran sama besar. Bedanya terdapat pada bentuk kuenya yang sudah jadi. Jika adonan kue pancong biasanya dituang habis di atas permukaan pinggan, adonan kue pukis biasanya dituang satu per satu ke dalam lubang setengah lingkaran yang ada di pinggan. Cara memasak tersebut membuat kue pukis berbentuk mungil dan bulat, berbeda dengan kue pancong yang lebar.

Terdapat cerita menarik tentang asal-usul kue pukis. Konon, resep kue pukis awalnya dibawa oleh orang Tiongkok. Resep yang awalnya dirahasiakan tersebut kemudian bocor karena salah seorang pribumi yang bekerja pada orang Tiongkok tersebut akhirnya berhenti bekerja dan memutuskan untuk menjual kue pukisnya sendiri. Lambat laun, semakin banyak orang pribumi yang menjual kue pukis, sehingga resep kue pukis menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia.

(Sumber : budaya-indonesia.org; ensiklopediaindonesia.com; himitepa.ik.ipb.ac.id; resepkoki.id; trivia.id)

Pilih Bangga Bangga 25%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 25%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 25%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 25%
Pilih Terpukau Terpukau 0%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu