Bersama Awam Prakoso, Kado Sumsel Ajak 200 Anak Muda Belajar Mendongeng

Bersama Awam Prakoso, Kado Sumsel Ajak 200 Anak Muda  Belajar Mendongeng
Awam Prakoso saat kelas mendongeng © Ahmad Redho

“Mendidik anak tidak bisa mendadak, karena hal yang mendadak itu tidak mendidik”, demikianlah kiranya perkataan Awam Prakoso yang paling cocok dijadikan status facebook pada acara hari itu. Tepatnya pada Ahad (25/03) lalu, Kampung Dongeng (Kado) Sumatera Selatan berkolaborasi dengan RRI Sumsel telah dengan semarak menggelar Kelas Mendongeng untuk umum. Kegiatan tersebut ternyata merupakan kelas mendongeng umum perdana yang digelar Kado Sumsel. Tak tanggung-tanggung, untuk mengajarkan seni mendongeng pada para peserta, Kado Sumsel mendatangkan Awam Prakoso, pendongeng kondang yang juga merupakan pendiri Kampung Dongeng Indonesia.

©AhmadRedho

Awam Prakoso Sang Master Dongeng

Awam Prakoso sendiri menyempatkan dirinya hadir dan mengisi kegiatan Kado Sumsel di Palembang setelah beberapa hari sebelumnya aktif mengisi acara mendongeng di Provinsi Jambi.

“Di Jambi sampai ada 1000 anak yang hadir untuk menyimak dongeng. Bayangkan, 1000 anak! Anak manusia semua itu”, ujarnya di atas panggung, diikuti gelak tawa para peserta.

Dalam dunia dongeng-mendongeng, sosok Awam Prakoso memang bukan orang baru. Pria jenaka berusia 45 tahun ini mengaku mulai aktif mengelilingi berbagai daerah untuk mendongeng sejak ia berhenti bekerja dari sebuah bank swasta pasca masa krisis moneter. “Tahun 2013 saya dicatat Museum Rekor Indonesia sebagai pendongeng terlama, selama 8 jam, juga sebagai pendongeng yang mendongeng dengan ilustrasi suara terbanyak”, ujar lelaki yang akrab disapa Kak Awam ini. Untuk urusan olah vokal, peserta Kelas Mendongeng benar-benar dibuat kagum sekaligus geli olehnya. Pasalnya, Sang Master Pendongeng ini bukan hanya mampu bicara dengan tujuh karakter suara, tapi juga bisa menirukan suara banyak hewan dengan sama persis.

©AhmadRedho

“Dengar kan tadi suara apa?”, tanya Kak Awam pada peserta. Setelah semua orang serentak menjawab ‘suara ayam’, dia dengan entengnya berkata “itu suara mulut”. Semua peserta terpingkal.

Mengapa Mendongeng Itu Penting?

“Kita sering menyalahkan gadget, bilang bahwa gadget itu tidak baik bagi anak. Padahal yang tidak baik bukan gadget, tapi perilaku kita yang enggan mendampingi anak”, ujar Kak Awam. Ia tak pelit membagikan berbagai informasi dan ilmu seputar mendongeng pada semua yang hadir. Tentunya, dengan sesekali diiringi kegiatan ice-breaking dan dongeng interaktif yang ia sampaikan dengan antusias.

Kak Awam menyatakan bahwa mendongeng merupakan aktivitas bonding antara anak dan orangtuanya. Dengan mendongengkan anaknya cerita dan kisah-kisah positif, orangtua sejatinya tengah membangun kedekatan emosional dengan buah hatinya. Hal tersebut pun membuktikan bahwa dongeng memiliki fungsi sosial yang vital dalam sebuah keluarga. “Bukan hanya antara anak dan orangtua, tapi juga antara anak murid dan guru, antara adik dan kakak, juga antara anak dan teman-temannya. Dongeng mampu merekatkan kembali hubungan seorang anak dengan orang-orang di sekitarnya”, terang Kak Awam.

“Semua orang bisa mendongeng, tanpa terkecuali. Di Kampung Dongeng Indonesia, bahkan ada banyak pendongeng tuna netra. Mengapa mereka yang tak bisa melihat masih bisa mendongeng? Karena mendongeng adalah aktivitas yang dilakukan dengan hati, bukan penglihatan. Pendongeng tuna netra bahkan lebih mampu menghayati dongeng yang ia sampaikan”, tandas Kak Awam.

Kampung Dongeng di Seluruh Sumsel

Meski direncanakan hanya akan dibuka untuk 200 peserta, nyatanya Kelas Mendongeng untuk umum yang digelar Kado Sumsel diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari berbagai kalangan. Bahkan dua orang peserta di antaranya merupakan seorang ibu dan anaknya yang masih duduk di bangku kelas lima SD. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa ternyata ada banyak anak muda di Kota Palembang yang tertarik untuk belajar mendongeng.

©AhmadRedho

Dini Anggraeni, mahasiswa FKIP PAUD Universitas Sriwijaya menyatakan antusiasmenya terhadap Kelas Mendongeng yang digelar Kado Sumsel. “Acaranya bagus, menarik sekali. Saya juga jadi belajar bahwa suara kita bisa divariasikan dengan begitu unik untuk menceritakan sebuah dongeng”, tuturnya kepada tim Srivijaya.id.

Kepada tim srivijaya.id, Ratna, pengurus Kado Sekundang, Muara Enim, menyampaikan harapan positifnya untuk para peserta. “Harapan kami dengan digelarnya Kelas Mendongeng ini, akan semakin banyak guru dan calon guru di Sumsel yang terbuka wawasannya dalam menyampaikan pengajaran kepada murid-muridnya lewat mendongeng. Semoga makin banyak guru yang mampu menasihati anak muridnya lewat dongeng, tanpa harus menggurui”, ujarnya.

Kelas Mendongeng untuk umum tersebut barulah salah satu rangkaian agenda yang diusung oleh Kado Sumsel dalam memperingati Hari Dongeng Sedunia. Kegiatan tersebut direncanakan akan terus berlanjut hingga rekrutmen terbuka pengurus Kado Sumsel.

Terhitung hingga saat ini, setidaknya terdapat 86 Kampung Dongeng di seluruh Indonesia yang tersebar mulai dari Aceh hingga tanah Papua. Namun di antara semua provinsi di Indonesia, Sumatera Selatan ternyata merupakan provinsi dengan jumlah Kampung Dongeng terbanyak. Setidaknya terdapat lima Kampung Dongeng di Sumsel, antara lain : Kado Sumsel (Palembang), Kado Sekundang (Muara Enim), Kado Lubuklinggau, Kado Lahat, dan Kado Pagaralam. Bahkan dalam waktu dekat, pengurus Kado Sumsel tengah merencanakan membuka Kampung Dongeng baru di wilayah OKU Selatan. “Kalau ada teman-teman yang asalnya dari OKU Selatan, yuk mari gabung jadi pengurus (Kado OKU Selatan)”, ajak Ulan,  pengurus Kado Lubuklinggau kepada pada peserta Kelas Mendongeng.

Benarlah kiranya perkataan mutiara ini : kesabaran adalah mahkota dalam pendidikan. Kata sabar memang tak terlepaskan dalam segala instrumen pendidikan, termasuk  mendongeng. Dalam aktivitas mendongeng, bukan hanya anak-anak yang memperoleh manfaat dalam bentuk nasihat dan teladan, namun juga pendongeng itu sendiri yang belajar bersabar dan memahami dunia anak-anak. Mendongeng merupakan sebentuk kontemplasi baru bagi seseorang dalam menggali jati dirinya sendiri.

Pilih Bangga Bangga 0%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 100%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 0%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 0%
Pilih Terpukau Terpukau 0%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu