Mengangkat Kembali Sejarah dan Budaya 'Ngopi' Sumsel Lewat Musi Coffee Culture

Mengangkat Kembali Sejarah dan Budaya 'Ngopi' Sumsel Lewat Musi Coffee Culture
Suasana Pelataran Gedung Jacobson Van den Berg saat penyelenggaraan Musi Coffee Culture © Irwan september, fornews.co

Bagi masyarakat Sumsel, terutama yang bermukim di hulu Sungai Musi, meminum kopi adalah kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Topografi Sumsel bagian barat yang cenderung berbukit-bukit menjadikan kopi sebagai salah satu komoditi andalan yang paling banyak dibudidayakan oleh masyarakat Sumsel disana. Kini, Sumsel dikenal sebagai provinsi penghasil biji kopi dengan volume terbesar di seluruh Indonesia. Selain produksinya yang banyak, kopi Sumsel juga terkenal karena kualitas mutunya yang mampu bersaing.

Budaya ngopi masyarakat Sumsel seolah terjewantahkan dalam acara Musi Coffee Culture yang berlangsung pada 5 – 6 April lalu. Melalui kegiatan tersebut, Specialty Coffee Association of Indonesia Sumsel bekerjasama dengan Himpunan Pramuwisata Indonesia Palembang, Forum Pesona Sriwijaya dan GenPi Sumsel mengajak masyarakat Sumsel untuk mengenal lebih dekat kopi Sumsel. Kegiatan tersebut bertempat di Gedung Jacobson Van den Berg di Jalan Depate Baru, 28 Ilir.

Salah seorang barista dalam event Musi Coffee Culture menyiapkan kopi untuk pengunjung © Feny Selly, Antarafoto

Selain menggelar kedai kopi yang menyajikan kopi dari beberapa kabupaten dan kota di Sumsel, Musi Coffee Culture juga mengadakan workshop kopi, talkshow, lomba fotografi, lomba seduh kopi tubruk, pameran produk petani kopo serta penampilan musik dari Band Hutan Tropis dan Sahilin, pemusik Sumsel yang fenomenal. Kegiatan yang berlangsung dua hari tersebut mengusung tema ‘Hulu Industri Kopi Sumatera Selatan’, yang tak lain diusung untuk memperkenalkan biji kopi terbaik yang dihasilkan oleh petani kepada masyarakat Sumsel dan Palembang secara khusus.

“Tahun ini akan ada 65 festival utama di Kota Palembang dan ini pertama di tahun ini, nanti akan masih banyak lagi atraksi-atraksi untuk menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara”, ujar Isnaini Madani, Kadispar Provinsi Sumsel pada Sabtu (06/04) lalu, dilansir dari sripoku.com. Musi Coffee Culture memang merupakan bagian dari Calendar of Event Dinas Pariwisata Sumsel. Ke depannya, Isnaini berujar bahwa kegiatan tersebut akan terus diadakan sebagai agenda tahunan Dinas Pariwisata Sumsel.

Salah satu stand di event Musi Coffee Culture yang diisi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) © bsn.go.id

“Kita harapkan kegiatan ini (festival kopi) menjadi even tahunan. Apalagi potensi Palembang dalam hal kuliner tidak diragukan,” ujar Isnaini, dilansir dari fornews.co.

Mempopulerkan Kembali Warisan Sejarah

Selain untuk memperkenalkan kopi Sumsel kepada masyarakat dan turis, Musi Coffee Culture juga bertujuan untuk mempopulerkan wisata sejarah baru bagi masyarakat Palembang, yaitu Gedung Jacobson Van den Berg yang menjadi lokasi diselenggarakannya Musi Coffee Culture. Gedung tua berarsitektur Eropa tersebut bertempat di Jalan Depaten Baru No. 32, 28 Ilir, Ilir Barat II, tidak jauh dari Pasar Sekanak.

Berdasarkan penuturan pengamat sejarah Sumsel, Kemas Ari Panji, Gedung yang dibangun pada tahun 1800-an tersebut dulunya merupakan kantor pusat perdagangan Belanda yang memiliki jaringan bisnis internasional yang kuat, mulai dari New York, Rio de Janeiro, Sao Paulo, Buenos Aires, Montevideo, Singapura, Kuala Lumpur, Penang, Hongkong, Tokyo, Osaka, Kobe, Sydney, Melbourne, Brisbane dan Batavia (Jakarta).

Penampakan Gedung Jacobson Van den Berg di Jalan Depaten Baru, 28 Ilir yang belum direnovasi © skyscrappercity.com

Gedung Jacobson Van den Berg sudah puluhan tahun dikosongkan dan tidak dihuni. Beberapa pekan sebelum penyelenggaraan Musi Coffee Culture, beberapa komunitas di Palembang diundang untuk bergotong-royong membersihkan bagian dalam gedung tersebut. Ke depannya, Gedung Jacobson Van den Berg akan didesain untuk menjadi museum kopi. Hal tersebut disampaikan Direktur Perusahaan Perdagangan Internasional, Ahmad Yani Harsah, di sela acara Musi Coffee Culture 2019, di Palembang, pada Jumat (05/04) lalu.Menurut Ahmad Yani, selain akan dijadikan museum kopi, nantinya akan dibangun cafe yang menjual suvenir serta minuman kopi khas Sumsel.

“Ini merupakan gedung bersejarah dalam perdagangan kopi, gedung ini sebagai tempat promosi kopi di Sumsel, menambah destinasi wisata. Gedung ini akan tercatat sebagai (gedung) khas kopi di Sumsel”, kata Ahmad Yani, dilansir dari fornews.co.

Badan Standardisasi Nasional melalui Kantor Layanan Teknis BSN wilayah Palembang turut mengisi stand pameran Dewan Kopi Sumsel. Menampilkan contoh produk kopi berSNI, Kopi Benua dan Kopi Tunggu Tubang Semendo serta dokumen SNI Biji kopi (SNI 2907:2008) dan SNI Kopi Bubuk (SNI 01-3542-2004).

Dalam acara ini KLT BSN Palembang berhasil membukukan transaksi kopi berSNI senilai Rp 1.120.000 dan juga permintaan ekspor, 20 ton biji kopi sangrai (roasted coffee bean) ke Jepang, Korea Selatan dan UAE dari perusahaan/investor Jepang yang membuka kantor di Palembang, Labuan Malaysia, dan Teheran Iran.

Pilih Bangga Bangga 0%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 0%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 0%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 0%
Pilih Terpukau Terpukau 0%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu