Kisah Ridel Sumarandak dan Medali Emasnya yang Tidak Tercatat di Klasemen Asian Games 2018

Kisah Ridel Sumarandak dan Medali Emasnya yang Tidak Tercatat di Klasemen Asian Games 2018
Ridel Yesaya Sumarandak, atlet eSports yang baru berusia 16 tahun berhasil memperoleh medali emas dalam cabor eSports © bola.com, Vascal sapta Hadi

Indonesia menempati posisi keempat dalam klasemen terakhir perolehan medali Asian Games 2018, setelah Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan. Total peorlehan 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu yang berhasil disabet atlet-atlet Indonesia dalam Asian Games 2018 merupakan catatan sejarah terbaik Indonesia dalam sejarah perhelatan Asian Games selama ini. Pada Asian Games kali ini, Indonesia memperoleh paling banyak medali emas dalam cabor pencak silat. Pencapaian prestisius tersebut diapresiasi oleh pemerintah RI dalam bentuk bonus yang melimpah bagi atlet, pelatih hingga asisten pelatih dari cabor yang berhasil memperoleh medali. Sebagai contoh, bonus yang diberikan untuk peraih medali dalam cabor bernomor tunggal adalah sebesar Rp 1,5 miliar untuk medali emas, Rp 500 juta untuk medali perak, dan Rp 250 juta untuk medali perunggu.

Meski demikian, tidak semua atlet berprestasi ‘kebagian’ bonus tersebut. Ridel Yesaya Sumarandak, misalnya. Atlet yang berkompetisi di cabor eSports tersebut memperoleh medali emas dalam nomor Clash Royale setelah mengalahkan atlet Tiongkok dalam nomor yang sama, Huang Chenghui. Atlet lain yang juga tidak memperoleh bonus adalah Hendry Hadisurya yang mendapatkan medali perak dari cabor eSports nomor Hearthstone.

Hendri 'Jothree' Hadisurya, atlet Indonesia yang menyabet medali perak dari cabor eksibisi eSports nomor Heartstone © skyepod.id

Cabor yang Diperlombakan Masih Eksibisi

Alasan mengapa Ridel dan Hendry tidak memperoleh medali tak lain adalah karena cabor yang mereka ikuti masih berstatus cabor eksibisi, alias percobaan. Sebagaimana yang diberitakan kepada publik sebelum Asian Games 2018 berlangsung, ada beberapa cabor eksibisi yang diperlombakan di Asian Games 2018, seperti eSports dan Canoe Polo, dimana medali yang diperebutkan dalam cabor tersebut tidak akan terhitung ke dalam klasemen perolehan medali.

Ketua IESPA (Indonesia eSports Association), Eddy Lim, menjelaskan jika sejak awal memang tidak ada perjanjian yang menyatakan atlet eSports yang berprestasi di Asian Games akan mendapatkan bonus.

"Bonus itu kan khusus untuk medali resmi kan, yang resmi masuk dalam perolehan medali untuk Indonesia. eSports itu masih dalam tahap uji coba jadi perolehan medali apa pun itu tidak akan mengubah posisi Indonesia di klasemen", jelas Eddy, dilansir dari kumparan.com, Senin (03/09) lalu.

Meski demikian, Eddy mewakili pihak IESPA mengaku saat ini tidak membutuhkan bantuan materiil dalam bentuk apapun, melainkan apresiasi lebih atau perhatian terhadap atlet eSports yang telah berprestasi di Asian Games 2018.

Ridel Yesaya Sumarandak berpose bersama medali emasnya © kumparan.com

"Seperti kemarin waktu Ridel dapat emas kan dari Twitter resmi Kemenpora dan Menteri (Pemuda dan Olahraga) Imam Nahrawi sempat nge-tweet bentuk apresiasi kepada Ridel yang sudah berjuang untuk mendapatkan emas. Itu sebenarnya sudah cukup saya rasa bahwa pemerintah sudah aware", ucapnya.

Dalam Asian Games 2018, cabang olahraga eSports digelar dengan enam nomor, yaitu Clash Royale, Arena of Valor (AOV), League of Legends, StarCraft II, Hearthstone, dan Pro Evolution Soccer (PES) 2018. Indonesia mengirimkan 17 atlet untuk bertanding di semua nomor tersebut, yang dua di antaranya berhasil membawa pulang medali.

Pasca Asian Games 2018, belum didapatkan informasi apakah cabor eSports akan tetap diperlombakan sebagai cabor eksibisi atau menjadi cabor resmi dalam Asian Games 2022 mendatang di Huangzhou, Tiongkok. OCA (Olympic Council of Asia) masih akan terus membahas tentang kemungkinan tersebut dengan IESF (International eSports Federation).

Tentang Ridel Yesaya Sumarandak

Terlepas dari masalah status cabor yang diikutinya, Ridel Yesaya Sumarandak sendiri sebenarnya tetaplah atlet yang berprestasi. Atlet berusia 16 tahun yang kini menempuh pendidikan di SMAN 3 Tondano, Sulawesi Utara tersebut memang memiliki reputasi sebagai pecinta gim Clash Royale.

Sepak terjang Ridel memang tidak mudah. Dengan nickname BenZerRidel, ia mengikuti seleksi nasional yang dilaksanakan oleh IESPA sebelum dapat ikut membela Indonesia di Asian Games 2018. Puncaknya, Ridel berhasil memperoleh medali emas setelah mengalahkan Lciop, akun Clash Royale milik Huang Chenghui, atlet asal Tiongkok dalam pertandingan final Clash Royale dengan skor 3 – 1. Sebelum itupun, ia mampu menekuk atlet Clash Royale asal Vietnam dalam pertandingan semifinal.

Sebelumnya, nama BenZerRidel memang sudah cukup dikenal sebagai pemain Clash Royale handal, disamping nama JayTV, Dexxterz atau Seraphim.

Ridel sendiri tampak tidak terlalu mempermasalahkan soal bonus atlet. Setelah Asian Games 2018, ia berencana akan terbang ke Taiwan untuk mengikuti Kejuaraan Clash Royale League Asiaaa bersama dengan tim profesional Chaos Theory asal Taiwan.

(sumber : aktualita.co; kumparan.com)

Pilih Bangga Bangga 0%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 75%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 0%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 0%
Pilih Terpukau Terpukau 25%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu