Belajar Hidup Optimis dari Riska Fitrah Aprianti

Belajar Hidup Optimis dari Riska Fitrah Aprianti
Riska (kiri) menerima hadiah lomba video-blog dari Muna (kanan), owner Lord Cafe © Srivijaya.id, A. Redho Nugraha

"Palembang memang kota yang kecil untuk pemuda-pemudi berjiwa besar". Itu yang pernah dikatakan seseorang dalam menggambarkan betapa pentingnya peran anak muda dalam dinamika sebuah masyarakat. Di Palembang, semangat anak-anak muda juga turut mendorong munculnya berbagai gerakan dan komunitas sosial. Sebut saja, Yayasan Jumat Sedekah, Palembang Social Project, Relawan Anak Sumsel dan lain sebagainya. Dari gerakan dan komunitas tersebutlah kemudian akan tampil berbagai nama anak muda yang ulet dan terampil dalam menjalankan peran kepemudaannya. Salah satu anak muda tersebut adalah Riska Fitrah Aprianti.

Tepat pada peluncuran menu baru di Lord Cafe Palembang pada Jumat (3/3) lalu, tim Srivijaya.id akhirnya berkesempatan mewawancarai dara manis satu ini. “Kebetulan sekarang lagi aktif jadi pengurus Forum Pesona Sriwijaya, bantu-bantu di bagian Promosi Kuliner. Jadi kerjaannya ya begini (makan-makan), emang disuruh gendut dari sananya”, guyonnya saat ditemui tim Srivijaya.id. Tepat sebelum diwawancarai, gadis yang biasa dipanggil Riska ini masih sempat mengikuti lomba makan Pempek Cordon Bleu, menu yang baru diluncurkan Lord Cafe. Benar-benar total dalam menjalankan perannya!

Berbagai Prestasi dan Pengalaman

Lalu selain mampu menyabet juara dalam kompetisi makan, hal lain apa yang menarik dari seorang Riska?

Belum genap setahun lalu, Riska sempat ditunjuk menjadi Koordinator Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) Sumsel Jalur Gabungan Pemuda dan Komunitas. Sekedar informasi, ENJ adalah program kerja tahunan Kementkomaritim RI yang selalu melibatkan banyak pemuda dan mahasiswa. Kegiatannya tak lain berupa pengabdian di wilayah-wilayah terluar Indonesia,yang dalam lingkup ENJ Sumsel, berarti wilayah terluar di Provinsi Sumsel. “Ini (ENJ) agak ngaget juga sebenarnya. Sempet cemas, karena baru dikabarin penyelenggaranya beberapa minggu sebelum hari kegiatan dan harus bentuk tim dan nyusun persiapan pengabdian dalam waktu sesingkat itu. Alhamdulillah, berkat bantuan semua teman-teman kenalan di komunitas, kita bisa bentuk tim, berangkat dan ngejalanin proker dengan lancar”, pungkasnya. Dalam menjalankan perannya sebagai koordinator, Riska benar-benar memanfaatkan jaringan pertemanannya yang ia bangun dalam waktu yang tidak singkat. Selain itu, prestasi dan pengalamannya juga menjadi pegangan rekan-rekan timnya untuk mempercayainya sebagai koordinator.

Riska dalam kegiatan Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Jalur Komunitas Sumsel (sumber : instagram)

ENJ sendiri bukan pengalaman berbau ‘ekspedisi’ yang pertama bagi Riska. Tahun 2015 lalu, ia turut mewakili Provinsi Sumsel dalam program Kapal Pemuda Nusantara (KPN) Sail Tomini, bersama tiga pemuda Sumsel lainnya. “Dari semua pengalamanku ikut kegiatan selama ini, KPN adalah yang paling memorable”, tuturnya sambil tersenyum. Semua orang yang pernah mendengar tentang KPN pasti paham dengan maksud Riska. Untuk bisa mewakili Sumsel, setidaknya Riska perlu bersaing dengan hampir 200 kandidat lain dari seluruh Sumsel. Tiap tahun, program yang digelar PCMI (Purna Caraka Muda Indonesia) ini tak pernah memberi kuota lebih dari lima orang untuk program KPN, dan hanya satu orang untuk program PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) dari tiap provinsi. Meski pencapaiannya berkesan sangat prestisius, Riska mengaku sebelum lolos program KPN, ada  perjuangan yang tidak semua orang tahu.

Riska dan peserta lain Program KPN di Teluk Tomini, Sulawesi Utara (sumber : instagram)

“Sebelum lolos tahun 2015, aku sempat ikut seleksi KPN dua kali di tahun 2011 dan 2013. Dua-duanya gagal, bahkan tahun 2013 gak masuk karantina sama sekali”, ujar Riska membuka cerita. Namun Riska pantang menyerah dalam tujuannya. Dalam waktu lima tahun, tekadnya tidak hilang. Ia justru memalingkan diri  dari kegagalannya dan mengalihkan energinya pada kegiatan positif lain. “Tahun 2012 gak sempat daftar KPN karena lagi ikut program exchange ke Malaysia. Tahun 2014, pas pembukaan pendaftaran juga lagi ikut exchange ke Thailand”, terang mahasiswi Jurusan Ilmu Politik STISIPOL Candradimuka ini.

Lantas Setelah Lolos, Kenapa Lebih Memilih KPN daripada PPAN?

Pengalamannya menyambangi negeri orang justru membangkitkan kesadaran yang baru dalam diri Riska. “Saat berkesempatan ke Malaysia dan Thailand, aku merasa selama ini diri ini terkesan kurang mencintai negeri sendiri. Jadi sebelum keluar Indonesia dan melihat negeri orang, bukannya lebih baik jika menjelajahi dan mengenal negara sendiri terlebih dulu?”, ujarnya dengan rendah hati.

Riska dalam kegiatan ONCOM (One Children One Mangrove) di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu

Riska tidak hanya pernah mewakili Sumsel dalam KPN Sail Tomini 2015. Tahun 2014, ia menjadi representatif Sumsel dalam ajang Duta Bahasa dan turut mengharumkan nama Sumsel dengan mencapai Top 10 Duta Bahasa Nasional 2014.

Perjalanan Hidupnya

Riska Fitrah Aprianti lahir di Palembang pada 5 April 1991. Putri pasangan Abdurrahman dan Sakanah ini adalah anak sulung dari empat bersaudara, yang kesemuanya perempuan. Setamatnya dari SMA PGRI 2 Palembang, Riska ternyata sempat melanjutkan studinya di Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya mulai dari tahun 2009 hingga 2013.

“Dulu sempat kuliah di Unsri Indralaya, dan saat itu pun sudah aktif di beberapa kegiatan eksternal kampus”, tuturnya. Namun sebagaimana layaknya mahasiswa yang menempuh studi di jurusan yang masih baru, berbagai kekhawatiran mengintai Riska, mulai dari bayang-bayang akreditas jurusannya hingga kemampuannya mengimbangi kegiatan akademik dan organisasi. “Dulu sempat beberapa kali dapat teguran dari pihak kampus, aku diminta buat gak usah ikut kegiatan eksternal lagi. Itu masih ada hubungannya dengan akreditas jurusanku yang waktu itu masih C”.

Kenyataannya, meski berhasil mengimbangi kegiatan akademik dan eksternal kampus, nasib kurang baik tetap menerpa Riska saat masih berkuliah di Unsri. Orangtuanya bercerai.

“Itu posisi yang sulit. Di satu sisi ingin lanjut kuliah, karena sudah masuk tahun keempat di Unsri, kan tanggung. Tapi di sisi lain, ada adik-adik di rumah yang juga harus lanjut sekolah dan kuliah, dan gak ada cukup dana buat semuanya. Sebagai anak sulung, aku harus mengalah. Adik-adik jauh lebih penting”, kisahnya.

Identitasnya sebagai anak sulung benar-benar ditempa pada masa-masa sulit itu. Setelah orangtuanya berpisah dan ia memutuskan berhenti berkuliah, Riska mulai aktif menjadi creativepreneur untuk memperoleh penghasilan. Bersama tim yang ia bentuk saat berkuliah dulu, ia merintis usaha dengan nama Kita Balloons, usaha yang bergerak di bidang jasa dekorasi, suvenir dan MC.

Tak hanya itu, berkat relasi dan jaringan pertemanannya yang luas, Riska juga hingga kini aktif menjadi salah satu pengelola Pladjoe Koffie, salah satu kedai kopi rintisan yang paling diminati anak muda di Palembang, khususnya yang bermukim di wilayah Seberang Ulu.

Tahun 2016, Riska kembali menemukan titik terang untuk melanjutkan studinya. Ia melanjutkan kuliahnya di STISIPOL Candradimuka, dengan pilihan jurusan yang sama sekali bertolak belakang dari pendidikan yang sebelumnya ia tempuh : Ilmu Politik.

“Politik itu kan dinamikanya berubah-ubah, bisa dipelajari sesuai arus”, tutur Riska. Kepada tim Srivijaya.id, Riska menyatakan bahwa ada hal lain yang lebih besar yang ia incar dengan mendalami politik. “Aku mau tembus ke KPK”, ujarnya dengan percaya diri.

Masa-masa kuliahnya di STISIPOL pun diwarnai berbagai prestasi gemilang, di antaranya adalah ia didaulat menjadi The Most Intelligent Girl of Candradimuka (2016), Presenter Socio-preneur Terbaik di International Youth Summit Riau (2016), dan The Most Outstanding Student of STISIPOL (2017).

Riska ketika mewakili Perwakilan Sumsel dalam Duta Bahasa 2017 (sumber : instagram)

Target Hidup dalam Jangka Panjang

Gadis yang tidak bisa dilepaskan dari kopi, buku dan kucing satu ini mengaku gemar menulis dan memotret. Hobinya tersebut ia padukan menjadi aktivitas coffee-graming yang sering ia update di instagram pribadinya. Selain itu, terkait dengan minat menulisnya, ia mengaku punya satu janji yang hendak ia penuhi untuk dirinya sendiri.

“Semua cerita sedih, terutama tentang orang-orang di sekitar yang tahu aku berasal dari keluarga broken-home, itu akan jadi sesuatu yang kembali aku ceritakan saat sudah sukses nanti. Itu janjiku”, ucap Riska. Ia mengaku bahwa sosok ibunya adalah motivasi terbesarnya untuk tidak menyerah dalam menghadapi berbagai masalah hidup, dan ia adalah salah satu alasan Riska bisa terus maju menggapai prestasinya. “Cita-citaku juga untuk mulai mendaftar haji tahun mendatang sama Ibu”, ujarnya.

Target Lain?

“Mau buat panti kucing”, jawabnya, lalu tertawa. Riska mengaku sangat suka pada kucing. Dilema selalu melandanya saat ia berpapasan dengan kucing terlantar di jalanan. “Terutama sejak aku bisa menghasilkan duit sendiri, aku sering sekali bawa kucing terlantar ke rumah untuk dirawat, sesekali juga buat dibawa ke dokter hewan. Alhamdulillah, keluarga juga nggak melarang. Mereka juga sayang sama kucing”.

Pesan untuk Anak Muda yang Membaca Tulisan Ini

“Jangan pernah menyerah”, pungkas Riska. “Terus percaya bahwa cita-cita dan mimpi kalian bisa terwujud”, sambung Riska menutup perbincangan pada petang itu.

Selain aktif menjadi mahasiswa STISIPOL Candradimuka Palembang, Riska juga hingga kini aktif menggeluti bidang creative-preneur. Ia juga aktif mengikuti berbagai seminar dan kompetisi di bidang yang berkaitan dengan video-blogging dan pembuatan konten. Saat ini Riska juga tergabung dalam Forum Pesona Sriwijaya. Berikut kami rangkum beberapa prestasi dan kegiatan organisasinya di masa lalu :

  • Volunteer CINTAIndonesia Interfaith Dialogue Roadshow (2013)
  • Duta Bahasa Sumatera Selatan (2014)
  • Top 10 Duta Bahasa Nasional (2014)
  • Perwakilan Sumatera Selatan dalam Young South East Asian Leaders Initiative (YSEALI) “United for Peace” Programs (2015)
  • Perwakilan Indonesia dalam Malaysia International Youth Exchange Program (2015)
  • Perwakilan Sumatera Selatan dalam Kapal Pemuda Nusantara (KPN) Sail Tomini Program (2015)
  • Volunteer ONCOM (One Children One Mangrove) di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu (2015)
  • Ketua Umum SOLVING (School Healthy Living) di Yayasan Pemeliharaan Anak Cacat Palembang (2016)
  • Presenter Socio-Preneur Terbaik di International Youth Summit 2016, Riau
  • Koordinator Local Chapter Jejak Remaja Jelajah Antara Bangsa UNI KL MSI dan GPMS Kedah, Malaysia (2017)
  • Koordinator Ekspedisi Nusantara Jaya (ENJ) 2017 Jalur Komunitas Sumatera Selatan
  • Pengurus Forum Pesona Sriwijaya. Divisi Promosi Kuliner (2018)
Pilih Bangga Bangga 50%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 0%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 0%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 25%
Pilih Terpukau Terpukau 25%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu