Makam di Timur Indonesia dan Kepingan Sejarah Palembang yang Hilang

Makam di Timur Indonesia dan Kepingan Sejarah  Palembang yang Hilang
Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin © keratonpalembang.blogspot.co.id

Menelusuri jejak sejarah Kesultanan Palembang Darussalam memang tidak mudah. Pasalnya, kesultanan yang dulu pernah berdiri di Kota Palembang tersebut telah dihapuskan oleh penjajah Belanda pada awal abad ke-19. Sebagian bukti dan catatan sejarah pun dimanipulasi oleh Belanda, sehingga sejarah tentang musabab jatuhnya Kesultanan Palembang Darussalam pun hingga kini masih bias.

Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam mulai menemui titik terangnya pada tahun 2003 silam, saat Drs. Raden H. Muhammad Sjafei Prabu Diradja, S.H.(Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin) dikukuhkan sebagai sultan Kesultanan Palembang Darussalam. Pengukuhan yang dihadiri dan disaksikan oleh zuriat (kerabat/keturunan) bangsawan Palembang tersebut juga menandai digelarnya kembali Kesultanan Palembang Darussalam setelah vakum selama hampir dua abad lamanya. Sultan Palembang memiliki peran strategis dalam merestorasi sejarah Palembang yang sebenarnya.

Tampak luar makam Sultan Mahmud Badaruddin II dan kerabat dekatnya di Ternate, Maluku Utara (sumber : kabarpulau.com)

Salah satu temuan sejarah paling mencengangkan adalah penemuan makam dari dua pemimpin terakhir Kesultanan Palembang Darussalam, yaitu Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu dan Ahmad Najamuddin Prabu Anom pada tahun 2007 lalu Ternate dan Sulawesi Utara. Penemuan tersebut terjadi secara tidak sengaja saat Sultan Mahmud Badaruddin III berziarah ke makam Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) di Kota Ternate, Maluku Utara. Salah satu makam tak dikenal di dalam kompleks pemakaman SMB II menarik perhatiannya. Setelah dilakukan penggalian, ditemukan sebuah batu nisan dengan tulisan berbahasa Melayu dalam aksara Arab gundul di nisan tersebut, sekitar 30 cm dari permukaan tanah. Nisan tersebut bertuliskan nama Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu, salah satu kerabat SMB II yang selama ini dicatat sejarah sebagai pengkhianat Kesultanan Palembang Darussalam. Sementara makam dari Najamuddin Prabu Anom, putra dari Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu, ditemukan agak jauh di sebuah pulau di Sulawesi Utara yang bernama Manado Tua.

Sesuai dengan sumber sejarah yang ditulis oleh Belanda, Kesultanan Palembang Darussalam dihapuskan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1821, tak lama setelah SMB II dan para pengikut setianya ditangkap dan diasingkan ke Ternate. Sebagai penggantinya, Belanda mengangkat Ahmad Najamuddin Prabu Anom sebagai sultan, sesuai dengan kesepakatan Belanda dengan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu yang mendukung kolonialisasi Belanda di Palembang. Dari sinilah teori bahwa Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu mengkhianati SMB II mencuat. Namun demikian, penemuan makam Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu di dekat makam SMB II tampaknya melemahkan teori tersebut. Jika Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu benar-benar berkhianat, lantas mengapa ia dimakamkan di Ternate, tempat SMB II diasingkan?

Selain Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu, putranya, yaitu Ahmad Najamuddin Prabu Anom juga diduga terlibat dalam persekongkolan untuk menduduki takhta kesultanan tersebut. Meski demikian, setelah diangkat menjadi Sultan Palembang oleh pemerintah kolonial Belanda, pada akhirnya Ahmad Najamuddin Prabu Anom tetap menggelorakan api pemberontakan terhadap Belanda dari berbagai daerah di Sumatera Selatan. Hal tersebut diduga karena Belanda telah mengingkari perjanjian yang disetujui dengan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu, sehingga Ahmad Najamuddin Prabu Anom merasa tidak puas dengan takhta sultannya yang terkesan hanya menjadi ‘boneka’ Belanda. Pemberontakan Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu berhasil dipatahkan oleh Belanda, lalu mulai dari titik tersebut, sejarah pun bercabang. Sebagian zuriat kesultanan yakin bahwa Ahmad Najamuddin Prabu Anom melarikan diri ke pedalaman sumatera dan tidak pernah ditemukan oleh Belanda, sementara sebagian yang lainnya yakin bahwa ia tertangkap dan dibuang oleh Belanda. Penemuan makam Ahmad Najamuddin Prabu Anom di Pulau Manado Lama mampu memperjelas alur sejarah tersebut.

Pencarian makam Ahmad Najamuddin Pangeran Ratu sejatinya telah diusahakan sejak tahun 1980-an, saat zuriat keturunan bangsawan Palembang mulai berkumpul dan merancang pendirian paguyuban. Pencarian tersebut bahkan sempat nelibatkan Kodam II Sriwijaya, yang saat itu dikepalai oleh Try Sutrisno. Namun seiring berjalannya waktu, tim yang dibentuk Try Sutrisno tak kunjung menemukan titik terang, sehingga pencarian pun diakhiri.

 (sumber : detak-palembang.com, Menguak Tabir Sejarah Kesultanan Palembang Darussalam; detik.com; kabarpulau.com)

Pilih Bangga Bangga 100%
Pilih Sedih Sedih 0%
Pilih Senang Senang 0%
Pilih Tak Peduli Tak Peduli 0%
Pilih Terinspirasi Terinspirasi 0%
Pilih Terpukau Terpukau 0%

Bagaimana menurutmu kawan?

Berikan komentarmu